Kunjungi Indonesia

Visit Indonesia 2008 Kunjungi blog saya di Solehudin.multiply.com

Kamis, 22 September 2011

Zahara arab

Zahara arab

Selasa, 19 Agustus 2008

MARHABAN YAA RAMADHAN

Sepuluh Langkah menyambut Ramadhan

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:

· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.

· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

(Disadur dari artikel kiriman seorang sahabat)

Senin, 18 Agustus 2008

HIKMAH RAMADHAN

Dia Yang Selalu Menutupi Keburukan …

Sungguh mendamaikan hati, mengenali Allah sebagai Al Ghaffaar …

Kalau saja kita mau jujur dan apa adanya, rasa-rasanya malu diri ini berada di depan banyak orang, karena begitu banyak cela melekati diri ini. Ingatlah betapa sering perintah Allah kita tinggalkan, absen shalat, malas puasa, enggan zakat karena cinta harta. Belum lagi dosa karena durhaka atau aksi-aksi maksiat yang beraneka rupa, pandangan yang tak terjaga, mulut yang berdusta atau pikiran kotor yang memenuhi benak. Dengan berbagai atribut dosa itu, seharusnya kita tidak lagi memiliki kewibawaan …

Tapi ternyata toh kita masih bisa berdiri tegak, melangkah dengan gagah di depan banyak kolega kita. Mereka semua ternyata tidak tahu menahu tentang segala atribut dosa yang kita miliki. Ternyata, segala kekurangan, cela, dan dosa kita tertutupi. Istri kita tidak tahu betapa buruknya kemampuan kita menjaga pandangan, teman kerja kita tidak sadar betapa gemarnya kita bergunjing tentang mereka, atasan kita bahkan sering tertipu kalau di balik muka lugu dan penurut ini tersimpan jiwa konspirasi yang siap menjatuhkan dirinya. Tetangga mengangguk hormat setiap kali kita lewat, tidak tahu mereka siapa kita sebenarnya ..

Itulah indahnya mengenali Allah sebagai Al Ghaffaar …

Ternyata, Dia, Al Ghaffar yang melakukan itu semua. Allah menutupi segala keburukan kita, sedemikian rupa sehingga istri, teman, dan siapapun yang ada di sekitar kita tetap mengenali diri ini sebagai pribadi yang baik-baik saja. Allah yang menyembunyikan kekuarangan diri kita, yang membuat diri kita tetap terhormat di depan anak-anak kita …

Ah, ternyata, segala “kehebatan” yang kita anggap kita punyai ini bukan karena prestasi kita. Ternyata segala popularitas yang kita miliki bukan karena pribadi ini baik-baik amat. Ya, ternyata, itu semua karena segala kenistaan diri ini ada yang menutupi … Allah yang menutupi!!

Bayangkan jika Allah membiarkan kita dengan segala dosa yang ada dan semua orang tahu perilaku dan kualitas diri kita yang sebenarnya, maka tiadalah guna segala gelar, jabatan, dan harta yang kita punya …

Al Ghaffar. Itulah nama mulia yang terambil dari kata “ghafara (menutup)”, yang menurut Imam Ghazali berarti “Yang menampakkan keindahan dan menutupi keburukan”. Hujjatul Islam ini menjelaskan ada tiga hal yang ditutupi Allah. Pertama, jasmani manusia yang tidak sedap dipandang mata, ditutupi dengan keindahan lahiriah. Kedua, segala suara hati yang buruk yang berseliweran dalam benak manusia. Seandainya suara-suara itu tidak ditutupi Allah, dan terbaca oleh manusia lain, entah bagaimana kekacauan yang akan terjadi. Ketiga, dosa dan pelanggaran manusia …

Oh, sungguh mendamaikan hati, mengenali Allah sebagai Al Ghaffar …

Selasa, 22 Juli 2008

numpang nampank ni...belajar akting di hadapan fotografer handal ternyata menyengkan ya....

HIKMAH

Remaja Muslim perlu bina jati diri, ketrampilan global

  1. Jendela Hikmah: Remaja Muslim perlu bina jati diri, ketrampilan glokal
    Oleh Prof Madya Umi Kalthum Ngah
    REMAJA adalah transisi usia antara kanak-kanak dan dewasa.
    Mereka adalah pewaris masa depan seluruh ummah.
    Banyak kisah daripada al-Quran dan hadis yang boleh dijiwai oleh remaja untuk diselidiki dan dicontohi. Antaranya kisah Nabi Zulkarnain.
    Remaja boleh terus meneliti surah al-Kahfi untuk mengetahui ciri kepemimpinan Islam yang dimiliki Nabi Zulkarnain.
    Namanya saja cukup gah dan hebat untuk kita dapat menilai siapa sebenarnya Zulkarnain. Maksud namanya ialah ‘dia yang mempunyai dua tanduk’ – disebabkan kekuasaannya yang melata dan merentasi benua Barat menjangkau ke Timur.
    Dalam hal ini, Allah berfirman dalam surah al-Kahfi, ayat 84 bermaksud: “Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada Zulkarnain di muka bumi ini dan kami memberikan kepadanya jalan bagi mencapai segala sesuatu.”
    Ciri kepemimpinannya yang perlu diteladani.
    TAQWA
    Kekuatan pola takwa Zulkarnain tidak diganggu-gugat walaupun beliau mampu menundukkan pelosok dunia Timur dan Barat.
    Zulkarnain tidak mudah lupa diri dan berlagak seperti beraja di mata, bersultan di hati walaupun menguasai dunia. Dia tahu kedudukannya di sisi Allah Maha Pencipta.
    Hayati kata-katanya sebelum membina tembok pemisah penghadang Yakjuj dan Makjuj seperti di dalam ayat 95, surah Al Kahfi bermaksud : “Sesungguhnya apa yang dikurniakan Allah kepadaku adalah lebih baik (daripada pemberianmu)."
    Begitu juga sikap Zulkarnain yang tidak berganjak atau goyah walaupun selepas menempa kejayaan dalam pembinaan tembok itu, seperti dalam surah sama, ayat 98 bermaksud: “(Setelah itu) berkatalah Zulkarnain: "Ini ialah suatu rahmat daripada Tuhanku; dalam pada itu, apabila sampai janji Tuhanku, Dia akan menjadikan tembok itu hancur lebur, dan adalah janji Tuhanku itu benar."
    Betapa tingginya darjah takwa yang terpahat di hati dan jiwa Zulkarnain.
    BERWAWASAN mempunyai misi dan tujuan hidup yang jelas.
    Dalam surah al-Kahfi, ayat 87 hingga 88, Allah berfirman bermaksud :
    “Berkata Zulkarnain, Adapun mereka yang zalim, maka kami akan menyeksanya (yakni menghukumnya dengan tegas), kemudian dia akan dikembalikan kepada Tuhannya dan Tuhan akan mengazabkannya dengan azab yang dahsyat. Adapun mereka yang beriman dan beramal salih maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan dan kami akan titahkan kepadanya perintah yang mudah daripada perintah-perintah Kami.”
    Berdasarkan ayat ini, wawasannya untuk menegakkan kebenaran dan keadilan serta memerangi segala bentuk kekufuran dan kemaksiatan seperti yang digariskan Allah.
    Sungguhpun Zulkarnain dikurniakan segala keperkasaan dan kebesaran, ia tidak begitu mudah memesongkannya daripada matlamat dan hala tuju wawasan yang terpahat di jiwanya.
    Segala kekuasaan yang dimilikinya dianggap sebagai alat atau wasilah yang digunakan sepenuhnya untuk menegakkan kebesaran Allah. Kaedah ini diterapkan secara konsisten dalam setiap wilayah yang berada di bawah sayap taklukannya.
    BIJAK MENYUSUN STRATEGI Setiap perkara untuk mencapai wawasan perlu dirancang dengan rapi. Bukan tindakan yang membuta atau ikut suka-suka. Dalam hal ini, surah al-Khafi mengulangi ayat yang bermaksud berikut: “(Zulkarnain) telah mengikuti satu jalan atau menggunakan pendekatan tertentu.”
    Sebanyak tiga kali iaitu di dalam ayat 85, 89 dan 92.
    Apakah makna di sebalik penekanan itu?
    Ia untuk menegaskan bahawa bagi mendaki tangga kejayaan perlu kepada penyusunan strategi yang rapi, teliti dan halus. Mesti adanya pelan tindakan.
    BERFIKIRAN LUAS BERTERASKAN PANDANGAN GLOBAL Remaja perlu mempunyai kematangan berfikir yang menjangkaui tahap global dalam menghadapi globalisasi.
    Allah menyatakan dalam surah al-Kahfi, ayat 84 bermaksud: “Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada (Zulkarnain) di muka bumi dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.”
    Remaja Muslim seboleh mungkin perlu mempunyai ketrampilan ‘glokal’. Jika diselidiki, budaya glokal bermaksud mempunyai daya dan kemampuan bertindak secara bijak pada peringkat setempat dengan mengambil kira ketepatan tuntutan secara global.
    Konsep ini sebenarnya menjadi pegangan negara Jepun sejak zaman Maharaja Meiji pada 1876 lagi, khususnya dalam kegiatan pertanian. Asalnya ia dipanggil ‘dochakuka’, istilah berakarumbikan kata kunci dalam bidang pertanian. Konsep ini diperkenalkan untuk amalan tani di negara itu.
    Berikutan itu kegiatan pertanian Jepun mengalami perubahan sehingga dapat melahirkan industri dan produk berkualiti yang mampu bersaing di peringkat domestik dan berjaya menembusi pasaran dunia.
    Justeru, sikap remaja Muslim perlu dicanai sehingga mempunyai jati diri tulen yang akan menyerlahkan kebaikan ciri Islam mereka di kalangan masyarakat tempatan.
    MAHIR BERKOMUNIKASI Dalam surah al-Kahfi, ayat 93 hingga 94, Allah berfirman: “Hingga apabila dia sampai di antara dua buah gunung dia mendapati di hadapan kedua-dua bukit itu satu kaum yang hampir tidak dapat difahami perkataannya. Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj melakukan kerosakan di muka bumi.”
    Bayangkan jika seseorang pemimpin itu mampu memahami bahasa satu kaum yang hampir tidak dapat difahami perkataannya. Betapa hebatnya pemimpin itu? Bermakna, Zulkarnain juga seorang yang mempunyai kemahiran komunikasi yang tinggi.
    Untuk memahami sesuatu, maka seseorang itu mesti menjadi pendengar yang baik supaya dapat menentukan pelan tindakan yang perlu diambil sebagai ketua. Apatah lagi, kemahiran bertutur dan berpidato, petah berbicara dan pandai berhujah hingga dapat mematahkan tohmahan lawan.
    Maka, tidak hairan Zulkarnain dapat menakluki dunia dari ufuk Barat sehinggalah ke Timur.
    MAMPU MENGUASAI KECANGGIHAN TEKNOLOGI TERKINI Kita harus kikiskan budaya’hanya lihat, guna dan tahu paka’ dan menggantikannya dengan budaya mengetahui, mendalami, menyelidiki dan merekacipta sendiri. Sungguh jauh jarak perbezaannya di antara kedua-dua perkara itu.
    Budaya berkemahiran sebegini memang dimiliki Zulkarnain dan jelas ditunjukkan di dalam surah al-Kahfi ayat 96 hingga 97 sehingga dapat membina tembok besar untuk membendung kemungkaran Yakjuj dan Makjuj.
    “Beliau berkata, Berilah aku potongan-potongan besi. Apabila besi itu sudah sama rata dengan kedua-dua puncak gunung itu, berkatalah Zulkarnain, Tiuplah (api itu). Apabila besi itu menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, “Berikan aku tembaga yang mendidih supaya aku tuangkannya ke atas besi panas itu. Maka, mereka tidak mampu untuk mendakinya dan mereka juga tidak mampu untuk melubanginya.”

    INTI PATI
    # Remaja perlu mempunyai kematangan berfikir
    # Kikis budaya ’hanya lihat, guna dan tahu paka’ sebaliknya dalami, selidik dan merekacipta sendiri
    # Seseorang mesti menjadi pendengar yang baik supaya dapat menentukan pelan tindakan
    # Remaja Muslim perlu menguasai kecanggihan teknologi terkini
    # Penulis ialah pensyarah Fakulti Kejuruteraan Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang dan boleh dihubungi pada wanitajim@jim.org.my
    # Artikel dengan kerjasama Wanita Pertubuhan Jemaah Islah Malaysia.

Sabtu, 19 Juli 2008

TA'DZIM



Guruku jasa-jasa mu tak akan pernah kami lupakan,engkau telah memberikan kepada kami yang tak bisa kedua orang tua berikan kepada kami, engkau selalu menjadi motivasi dalam setiap langkah kami, ketika kekeringan akibat kemarau yang panjang begitu gersang dihati kami,namun seketika itu hilang dan begitu sejuknya hati kami ketika kami temukan wajahmu dihadapan kami, wahai guruku....ilmumu takkan pernah pudar,takkan pernah lekang dan lapuk diterjang zaman,,,guru kami tercinta.,,,(bapa,,,punten upami kirang sopan) by anak didikmu.

Jumat, 18 Juli 2008

HIKMAH

MANAJEMEN QOLBU

Betapa indahnya sekiranya kita memiliki qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, terawat dengan sebaik-baiknya. Ibarat taman bunga yang pemiliknya mampu merawatnya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Alur-alur penanamannya tertata rapih. Pengelompokan jenis dan warna bunganya berkombinasi secara artistik. Yang ditanam hanya tanaman bunga yang memiliki warna-warni yang indah atau bahkan yang menyemerbakan keharuman yang menyegarkan.

Rerumputan liar yang tumbuh dibawahnya senantiasa disiangi. Parasit ataupun hama yang akan merusak batang dan daunnya dimusnahkan. Tak lupa setiap hari disiraminya dengan merata, dengan air yang bersih. Tak akan dibiarkan ada dahan yang patah atau ranting yang mengering.

Walhasil, tanahnya senantiasa gembur, tanaman bunga pun tumbuh dengan subur. Dedaunannya sehat menghijau. Dan, subhanallah, bila pagi tiba manakala sang matahari naik sepenggalah, dan saat titik-titik embun yang bergelayutan di ujung dedaunan menagkap kilatan cahayanya, bunga-bunga itu, dengan aneka warnanya, mekar merekah. Wewangian harumnya semerbak ke seantero taman, tak hanya tercium oleh pemiliknya, tetapi juga oleh siapapun yang kebetulan berlalu dekat taman. Sungguh, alangkah indah dan mengesankan.

Begitu pun qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, serta terawat dengan sebaik-baiknya. Pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenteram, tenang, sejuk, dan indahnya hidup di dunia ini. Semua ini akan tersemburat pula dalam setiap gerak-geriknya, perilakunya, tutur katanya, sunggingan senyumnya, tatapan matanya, riak air mukanya, bahkan diamnya sekalipun.

Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah gelisah, tak pernah bermuram durja, tak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla.

Ia yakin dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut namanya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, maka hatinya menjadi tenteram. Tantangan apapun dihadapinya, seberat apapun, diterimanya dengan ikhlas. Dihadapinya dengan sunggingan senyum dan lapang dada. Baginya tak ada masalah sebab yang menjadi masalah hanyalah caranya yang salah dalam menghadapi masalah.

Adalah kebalikannya dengan orang yang berhati semrawut dan kusut masai. Ia bagaikan kamar mandi yang kumuh dan tidak terpelihara. Lantainya penuh dengan kotoran. Lubang WC-nya masih belepotan sisa kotoran. Dindingnya kotor dan kusam. Gayungnya bocor, kotor, dan berlendir. Pintunya tak berselot. Krannya susah diputar dan air pun sulit untuk mengalir. Tak ada gantungan. Baunya membuat setiap orang yang menghampirinya menutup hidung. Sudah pasti setiap orang enggan memasukinya. Kalaupun ada yang sudi memasukinya, pastilah karena tak ada pilihan lain dan dalam keadaan yang sangat terdesak. Itu pun seraya menutup hidung dan menghindarkan pandangan sebisa-bisanya.

Begitu pun keadaannya dengan orang yang berhati kusam. Ia senantiasa tampak resah dan gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain berbahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan.

Sungguh, orang yang berhati busuk seperti itu akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak saja hatinya yang selalu gelisah, namun juga orang lain yang melihatnya pun akan merasa jijik dan tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan dilecehkan orang. Ia akan tidak disukai, sehingga sangat mungkin akan tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya. Adakah ia orang berilmu, berharta banyak, pejabat atau siapapun; kalau berhati busuk, niscaya akan mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya. Derajatnya pun mungkin akan sama atau, bahkan, lebih hina dari pada apa yang dikeluarkan dari perutnya.

Bagi orang yang demikian, selain derajat kemuliannya, akan jatuh di hadapan manusia, juga di hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya selalu diwarnai dengan aneka perbuatan yang mengundang dosa. Allah tidak akan pernah berlaku aniaya terhadap makhluk-makhluknya. Sesungguhnyalah apa yang didapatkan seseorang itu, tidak bisa tidak, merupakan buah dari apa yang diusahakannya.

"Dan bahwasannya manusia tidak akan memperoleh (sesuatu), selain dari apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasannya kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberikan balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna." (QS. An Najm {53} : 39-41), demikian firman Allah Azza wa Jalla.

Kebaikan yang ditunaikan dan kejahatan yang diperbuat seseorang pastilah akan kembali kepada pelakunya. Jika berbuat kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala sesuai dengan takaran yang telah dijanjikan-Nya. Sebaliknya, jika berbuat kejahatan, niscaya ia akan mendapatkan balasan siksa sesuai dengan kadar kejahatan yang dilakukannya. Sedangkan kebaikan dan kejahatan tidaklah bisa berhimpun dalam satu kesatuan.

Orang yang hatinya tertata rapih adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan. Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia akan melangkah pada jalan yang lurus. Dititinya tahapan kebaikan itu hingga mencapai titik puncak. Sementara itu ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara dirinya dari sikap riya, ujub, dan perilaku rendah lainnya. Oleh karenanya, surga sebaik-baiknya tempat kembali, tentulah telah disediakan bagi kepulangannya ke yaumil akhir kelak. Bahkan ketika hidup di dunia yang singkat ini pun ia akan menikmati buah dari segala amal baiknya.

Dengan demikian, sungguh betapa beruntungnya orang yang senantiasa bersungguh-sungguh menata hatinya karena berarti ia telah menabung aneka kebaikan yang akan segera dipetik hasilnya dunia akhirat. Sebaliknya alangkan malangnya orang yang selama hidupnya lalai dan membiarkan hatinya kusut masai dan kotor. Karena, jangankan akhirat kelak, bahkan ketika hidup di dunia pun nyaris tidak akan pernah merasakan nikmatnya hidup tenteram, nyaman, dan lapang.

Marilah kita senantiasa melatih diri untuk menyingkirkan segala penyebab yang potensial bisa menimbulkan ketidaknyamanan di dalam hati ini. Karena, dengan hati yang nyaman, indah, dan lapang, niscaya akan membuat hidup ini terasa damai, karena berseliwerannya aneka masalah sama sekali tidak akan pernah membuat dirinya terjebak dalam kesulitan hidup karena selalu mampu menemukan jalan keluar terbaiknya, dengan izin Allah. Insya Allah!***